Ads: 300x250

Senin, 19 November 2007

Lima Mitos Belajar Matematika

(Wednesday, 07 November 2007) -



BANYAK mitos

menyesatkan mengenai matematika. Mitos-mitos salah ini memberi andil

besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak

menyukai matematika.



Akibatnya,

mayoritas siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan

lantaran tidak mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi

dan takut sehingga tidak pernah atau malas untuk mempelajari

matematika. Meski banyak, namun ada lima mitos sesat yang sudah

mengakar dan menciptakan persepsi negatif terhadap matematika.









Mitos pertama,

matematika adalah ilmu yang sangat sukar sehingga hanya sedikit orang

yang atau siswa dengan IQ minimal tertentu yang mampu memahaminya. Ini

jelas menyesatkan. Meski bukan ilmu yang termudah, matematika

sebenarnya merupakan ilmu yang relatif mudah jika dibandingkan dengan

ilmu lainnya. Sebagai contoh, amati perbandingan soal untuk siswa kelas

6 sebuah SD swasta berikut ini. Soal pertama, “Sebutkan 3 tarian khas

daerah Kalimantan Tengah.” Soal kedua, “ Sebuah lingkaran dibagi

menjadi tiga buah juring dengan perbandingan masing-masing sudut

pusatnya adalah 2 : 3 : 4, maka hitung besar masing-masing sudut pusat

juring-juring tersebut“ .Ternyata, persentase siswa yang

menjawab benar soal kedua lebih besar dibandingkan persentase siswa

yang menjawab benar soal pertama. Tanpa ingin mengundang perdebatan,

contoh di atas menunjukkan, bahwa matematika bukanlah ilmu yang sangat

sukar. Soal matematika terasa sulit bagi siswa-siswa kita karena mereka

tidak memahami konsep bilangan dan konsep ukuran secara benar semasa di

sekolah dasar. Jika konsep bilangan dan ukuran dikuasai, maka pekerjaan

menganalisis dan menghitung menjadi hal yang mudah dan menyenangkan.





Mitos kedua,

matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus. Mitos ini

membuat siswa malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti

apa-apa tentang matematika. Padahal, sejatinya matematika bukanlah ilmu

menghafal rumus, karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah dihafal

tidak akan bermanfaat. Sebagai contoh, ada soal berikut, “Benny merakit

sebuah mesin 6 jam lebih lama daripada Ahmad. Jika bersama-sama mereka

dapat merakit sebuah mesin dalam waktu 4 jam, berapa lama waktu yang

diperlukan oleh Ahmad untuk merakit sebuah mesin sendirian ?”.Seorang

yang hafal rumus persamaan kuadrat tidak akan mampu menjawab soal

tersebut apabila tidak mampu memodelkan soal tersebut ke dalam bentuk

persamaan kuadrat. Sesungguhnya, hanya sedikit rumus matematika yang

perlu (tapi tidak harus) dihapal, sedangkan sebagian besar rumus lain

tidak perlu dihafal, melainkan cukup dimengerti konsepnya. Salah satu

contoh, jika siswa mengerti konsep anatomi bentuk irisan kerucut, maka

lebih dari 90 persen rumus-rumus irisan kerucut tidak perlu dihafal.





Mitos ketiga,

matematika selalu berhubungan dengan kecepatan menghitung. Memang,

berhitung adalah bagian tak terpisahkan dari matematika, terutamapada

tingkat SD. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal

terpenting dalam matematika. Yang terpenting adalah pemahaman konsep.

Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu melakukan analisis

(penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian

mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika. Jika

permasalahan (soal) sudah tersaji dalam bentuk persamaan matematika,
baru kemampuan menghitung diperlukan. Itu pun bukan sebagai sesuatu

yang mutlak, sebab pada saat ini telah banyak beredar alat bantu

menghitung seperti kalkulator dan komputer. Jadi, mitos yang lebih

tepat adalah matematika selalu berhubungan dengan pemahaman dan

penalaran.





Mitos keempat,

matematika adalah ilmu abstrak dan tidak berhubungan dengan realita.

Mitos ini jelas-jelas salah kaprah, sebab fakta menunjukkan bahwa

matematika sangat realistis. Dalam arti, matematika merupakan bentuk

analogi dari realita sehari-hari. Contoh paling sederhana adalah solusi

dari Leonhard Euler, matematikawan Prancis, terhadap masalah Jembatan

Konisberg. Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi dan

bahkan sosial, matematika berperan secara signifikan. Robot cerdas yang

mampu berpikir berisikan program yang disebut sistem pakar (expert

system) yang didasarkan kepada konsep Fuzzy Matematika. Hitungan

aerodinamis pesawat terbang dan konsep GPS juga dilandaskan kepada

konsep model matematika, goneometri, dan kalkulus. Hampir semua

teori-teori ekonomi dan perbankan modern diciptakan melalui matematika.





Sedangkan mitos kelima menyebutkan,

matematika adalah ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif.

Anggapan ini jelas keliru. Meski jawaban (solusi) matematika terasa

eksak lantaran solusinya tunggal, tidak berarti matematika kaku dan

membosankan. Walau jawaban (solusi) hanya satu (tunggal), cara atau

metode menyelesaikan soal matematika sebenarnya boleh

bermacam-macam.Sebagai contoh, untuk mencari solusi dari dua buah

persamaan, dapat digunakan tiga cara yaitu, metode subtitusi,

eliminasi, dan grafik. Contoh lain, untuk membuktikan kebenaran teorema

Phytagoras, dapat dipergunakan banyak cara. Bahkan menurut pakar

matematika, Bana G. Kartasasmita, hingga saat ini sudah ada 17 cara

untuk membuktikan teorema Phytagoras. Solusi matematika yang bersifat

tunggal menimbulkan kenyamanan karena tegas dan pasti.





Selain

tidak membosankan, matematika juga rekreatif dan menyenangkan. Albert

Einstein, tokoh fisika terbesar abad ke-20, menyatakan bahwa matematika

adalah senjata utama dirinya dalam merumuskan konsep relativitasnya

yang sangat terkenal tersebut. Menurut Einstein, dia menyukai

matematika ketika pamannya menjelaskan bahwa prosedur kerja matematika

mirip dengan cara kerja detektif, sebuah lakon yang sangat disukainya

sejak kecil.





Memang,

cara kerja matematika mirip sebuah games. Mula-mula kita harus

mengidentifikasi variabel-variabel atau parameter-parameter yang ada

melalui atributnya masing-masing. Setelah itu, laksanakan operasi di

antara variabel dan parameter tersebut. Yang paling menyenangkan, dalam

melakukan operasi kita dibebaskan melakukan manipulasi (trik) semau

kita agar sampai kepada solusi yang diharapkan. Kebebasan melakukan

manipulasi dalam operasi matematika inilah yang menantang dan

mengundang keasyikan tersendiri, bak sedang dalam permainan atau

petualangan. Karena itu, tidak mengherankan jika terkadang kita

menjumpai siswa yang asyik menyendiri dengan soal-soal matematikanya.





Selain

itu, secara intrinsik matematika juga memiliki angka berupa bilangan

bulat yang mengandung misteri yang sangat mengasyikkan. Misalnya Anda

melakukan operasi perkalian maupun pertambahan terhadap dua bilangan

tertentu, maka terkadang akan muncul bilangan yang memiliki bentuk
simetri tertentu. Contoh lain, Anda dapat menunjukkan kemahiran menebak

dengan tepat angka tertentu yang telah mengalami beberapa operasi. Bagi

yang belum memahami matematika, kemampuan Anda menebak angka dianggap

sihir, padahal itu merupakan operasi.





Matematika

adalah ilmu yang mudah dan menyenangkan. Karena itu, siapa pun mampu

mempelajarinya dengan baik. Untuk itu, tugas utama kita adalah

merobohkan mitos-mitos sesat di sekeliling matematika

0 komentar: